![]() |
RUMIT : Hasil rontgen sulcata yang menunjukkan ada dua BS di dalam tubuhnya. |
Akhirnya harus operasi. Tapi sementara harus proses pemulihan. Tunggu sehat dulu.
Semenjak Kipli meninggal perawatan Krucil memang lebih ekstra. Makanannya lebih beragam. Rendam jemur tak boleh terlewat. Lampu penghangat juga nyala terus saat malam.
Usia kura ini kurang lebih sudah dua tahun. Ukurannya juga sudah lumayan, sekitar 15 centimeter. Saya pelihara sejak ukuran 5,5 centimeter.
Tapi treatment itu belum cukup untuk menghindar dari bladder stone (BS). Semacam mineral yang mengendap di kandung kemihnya. Kalau di manusia biasa disebut kencing batu.
Memang BS menjadi masalah yang cukup menakutkan bagi para pemilik reptil. Apalagi kalau seperti Sulcata punya saya. Tiba-tiba lemas. Ambruk. Tidak mau makan dan minum.
Tiga hari nafsu makan benar-benar hilang. Sayur dan buah tidak ada yang disentuh. Minggu malam (22/11) saya pantau terlihat masih aktif. "Ah mungkin esok saya coba jemur dan rendam air hangat lagi. Mungkin bisa segera pulih," pikir saya.
Namun Senin (23/11) kondisinya semakin buruk. Lemas dan kepalanya tidak mau keluar. Makin khawatir, saya putuskan untuk ke klinik.
Dokter sudah memberi tahu kabar terburuk adalah BS. Ternyata diagnosis itu benar. Setelah proses rontgen ada gumpalan batu. Ukurannya lumayan besar, dua kali kelereng. Ada dua titik. Yang pertama masih di tengah, sementara satu lagi sudah dekat dengan kloakanya.
Biasanya saat BS itu kecil bisa saja keluar secara alami. Kalau sebesar itu ya jelas kesulitan. Mau ngeden sekalipun bakal menyiksa si kura.
Jalan paling mungkin dilakukan ya operasi. Plastron di bedah pakai gergaji tulang. Lalu dikeluarkan.
Namun prosedur itu terlalu berisiko. Karena si kura juga sudah kondisi lemas bahkan sekarat. Diputuskan hanya diberi vitamin. Sambil menunggu kuat dan bisa dilakukan tindakan bedah.
Sementara hanya dibekali obat saja. Berupa cairan kental dan licin. Saya lupa menanyakan apa nama obat itu. Karena buru-buru, kasihan jika Krucil terus di bopong wira-wiri.
Obat tersebut disuntikkan lewat kloakanya. Dosisnya 0,1 CC, sehari dua kali. Harapannya BS bisa keluar alami. Selama itu pula asupan makan harus di support manual. Dengan menyuntikkan sari sayur ke mulutnya. Kondisinya harus betul-betul dipantau.
Ternyata bukan saya saja yang mengalami hal demikian. Sebelum saya datang ada pasien yang juga menghadapi keluhan BS. Bahkan ukuran sulcata itu masih kecil, di bawah 10 centimeter.
Ya sekarang tinggal berharap saja. Semoga kuat. Semoga selamat. Semoga sehat. (Galih Adi Prasetyo)