Makanan bisa mewakili perasaan seseorang. Bahkan bisa juga sebagai bentuk alat protes. Atau mengungkapkan kebencian terhadap sesuatu.
Beberapa kuliner tercipta dari proses tersebut. Sedikit aneh, namun hal tersebut seolah menjadi alat propaganda yang sempurna. Apalagi jika rasa yang dihadirkan juga pas di lidah.
Yang satu ini bisa jadi contoh. Cakwe ternyata memiliki sejarah panjang dalam proses penciptaannya. Kue goreng itu muncul dari rasa kecewa penciptanya.
Kisah itu datang dari Tiongkok. Pada masa dinasti Song. Tepatnya pada abad ke 11-12.
Sosok jenderal yang sangat dikagumi karena keberaniannya dan seorang nasionalis. Yue Fei. Rakyat sangat menghormatinya. Memandangnya bak pahlawan.
Apalagi selama karirnya, banyak kemenangan yang dicapai. Salah satunya mengembalikan kekuasaan yang berhasil direbut Dinasti Jin.
Singkat cerita salah satu menteri dinasti tersebut, Qin Hui, menganggap Yue Fei melakukan pemborosan pada saat perang. Fitnah mulai disebarkan. Kaisar Tang Gaozong dan menteri lain pun terhasut. Yue Fei dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman mati.
Ternyata publik sangat kecewa dengan hal itu. Namun tidak ada yang berani protes. Bisa-bisa mereka turut dihukum oleh istana.
Pedagang makanan Wang Xiao Er dan Li Si saat itu mencari ide untuk bahan jualan. Kemarahan rakyat ditangkap sebagai sebuah peluang. Mereka membuat kue yang menjadi simbol pelampiasan.
Kue yang seperti orang berdiri dan memunggungi. Penjual selalu memekikkan menjual Hui goreng. Mengacu pada nama menteri yang telah memfitnah Yue Fei. Qin Hui.
Protes yang berkembang dan setelah pergantian kepemimpinan. Qin Hui dan istrinya dihukum. Kemudian kaisar Xiaozong membuat sebuah kuil sebagai pengingat jasa Yue Fei. Serta dua patung yang menggambarkan sosok Qin Hui dan istrinya.
Kebencian rakyat nyatanya bertahan sangat lama. Bahkan hingga sekarang. Dari informasi yang ada banyak pengunjung di kuil Yue Fei dengan sengaja meludahi, merusak dan memukul patung Qin Hui dan istrinya. Pemerintah pun sampai memberikan peraturan khusus agar hal itu tidak berlarut-larut.
Kepopuleran Cakwe ternyata menjalar hingga Indonesia. Tentu saja dibawa oleh pedagang Tiongkok yang singgah di Indonesia. Di beberapa daerah Cakwe autentik banyak ditemukan.
Termasuk di Surabaya. Salah satunya Cakwe Peneleh. Yang sudah banyak dikenal di mana-mana. Karena memang rasanya yang ngangenin.
Ada dua varian yang dijual di sana. Original dan Udang Ayam. Untuk udang ayam ada tambahan adonan dari kedua bahan itu yang ditambahkan pada sisi atas cakwe.
Manis udang dan gurihnya adonan cakwe ternyata cocok juga sebagai pelengkap rasa. Apalagi ditambah dengan saus asam manisnya. Top lah.
Di sini cara jualannya unik. Open kitchen. Bisa melihat langsung proses saat awal membuat adonan hingga proses goreng. Tenang minyaknya juga dijaga kualitasnya. Tetap bening. Saya suka yang begini, kualitas dan rasa dijaga dan tetap yang utama.
Cakwe tidak seperti roti goreng atau yang lain. Yang cenderung maregi, membuat cepat kenyang. Karena dalamnya juga kopong.
Rasanya juga flat. Cenderung gurih, ada aroma khas bawang. Makanya cakwe biasa menjadi menu pendamping makanan lain. Seperti bubur, susu kedelai, atau kopi.
Saya sarankan lagi makanlah selagi hangat. Jangan menunggu dingin. Atau sensasinya bakal berubah. Sedikit melempem. Tetapi rasa tidak bakal berubah. Hanya saja pasti akan kehilangan satu momen masa klimaksnya. (Galih Adi Prasetyo)